Peran Mahasiswa Dalam Menghadapi Adaptasi Kebiasaan Baru di Era Pandemi

2 komentar

Merdeka di Tengah Pandemi

Pandemi terjadi di saat digitalisasi merajai generasi. Tiba-tiba saja di jantung peradaban, setiap negara dengan begitu cepat memanfaatkan kebijakan virtual sebagai pengganti tatap muka langsung dalam urusan tata kelola kenegaraan. Dalam aspek internal, manusia telah dilengkapi oleh sistem kekebalan tubuh sekaligus kemampuan beradaptasi sebagai senjata pribadi melawan musuh yang tak terlihat namun bergerak dengan skala cepat.

Peran Mahasiswa Dalam Menghadapi Adaptasi Kebiasaan Baru di Era Pandemi

Dalam konteks pandemi, kita para pelajar memang disentuh kultur baru, belajar online. Namun pada saat yang sama, kita generasi pembelajar saat ini tidak lain adalah generasi millenial dengan sistem digitalisasi sebagai karakter utama. Bahkan dibeberapa tempat, khususnya di negara-negara yang maju secara teknologi, belajar online adalah sesuatu yang lumrah. Lalu apa artinya belajar online di tengah pandemi? Sadar atau tidak, belajar online dalam konteks pandemi merupakan sebuah pilihan yang paling mungkin diterapkan dalam sektor pendidikan. Artinya, setiap negara wajib melakukan hal yang sama. Ketika sebuah gerakan dilaksanakan secara serempak dan dalam tataran global, maka ada suatu kesadaran lain yang harus dipertimbangkan. Sepertinya belajar online bukan hanya sebuah pilihan yang bersifat antropologi, sosiologi, ataupun pedagogi, melainkan suatu pilihan moral, yakni tanggung jawab setiap kita terhadap kehidupan orang lain. Ini adalah pilihan etis, sebuah option fundamental.

Untuk mengikuti pola pendidikan global yang dilakukan secara online maka muncul suatu tuntutan baru bagi mahasiswa di mana ada kewajiban untuk fasih mengeksplor dunia digital. Institusi pendidikan mesti membekali para mahasiswa dengan pengetahuan yang memadai untuk menjelajah sistem online yang difasilitas oleh berbagai platform digital seperti Padlet, Google Classroom, Gallery Walk, Line Group, WAG, Google Hangout, Zoom, Google Meet, Youtube, Whatsapp, Instagram, LMS Belajar dan patform digital lainnya. Mahasiswa yang menggunakan berbagai platform digital seperti itu akan mewajibkan dirinya untuk secara terus menerus mengeksplorasi dan mengasah kemampuan dalam penggunaan media online.

Mahasiswa bisa menjelajah dan memilih sarana digital yang paling baik untuk digunakan. Dengan itu, mahasiswa kian jauh dari istilah gaptek (gagap teknologi) dan semakin banyak orang yang lebih maju dalam pengembangan teknologi. Mimpi-mimpi negara kita untuk memanfaatkan kemajuan industri 4.0. dan persaingan artificial intelligence di masa mendatang semakin jelas. Indonesia bisa optimis dalam persaingan dan kolaborasi anak bangsa secara online. Akhirnya, kita menuju era Homo digitalis. Melalui sistem belajar online ini, cita-cita Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Nadiem Anwar Makarim yang pernah membicarakan soal kebijakan Merdeka Belajar bisa semakin melebarkan jalannya. Merdeka Belajar pada perguruan tinggi yang bertajuk Kampus Merdeka persisnya terletak di sini, yaitu kemampuan mahasiswa untuk meluaskan cakrawala pengetahuan secara mandiri dan mengembangkan kreatifitasnya.

Mahasiswa sebagai kaum muda berpeluang besar dan sangat dibutuhkan dalam berkontribusi pada penanganan covid-19. Mahasiswa dapat berkontribusi sebagai relawan maupun penyampai aspirasi atau edukasi kepada masyarakat dalam menghadapi pandemi covid-19. Mahasiswa juga dapat bergabung dalam berbagai gerakan-gerakan penanganan covid-19 di daerah sekitar. Hal-hal tersebut dapat dilakukan mahasiswa untuk mengisi waktu luang di tengah kuliah online dan karantina wilayah. Sehingga, dengan menggabungkan diri untuk turut serta mengambil peran dalam masyarakat akan menghindarkan mahasiswa dari kegiatan-kegiatan tidak bermanfaat atau berdampak buruk bagi dirinya dan orang lain.

Mahasiswa sebagai agent of change dan agent of social control dapat melakukan tindakan atau aksi gerak cepat tangani covid-19 dalam memutus krisis pada kehidupan masyarakat dengan beberapa kegiatan sebagai berikut :

1.Melalui organisasi mahasiswa, mahasiswa dapat menghimpun suara masyarakat dan meneruskannya kepada pembuat kebijakan di daerah masing-masing.

2.Mengajak kampus dan masyarakat untuk berkolaborasi dalam memutus penyebaran covid-19 beserta dampak yang ditimbulkan pada berbagai aspek. 

3.Berpartisipasi aktif menjadi relawan tanggap penyebaran covid-19 dan dampaknya dengan seluruh mahasiswa di Indonesia.

4.Mengadakan suatu sosialisasi atau penyebaran informasi mengenai sikap dalam menghadapi pandemi covid-19 dan cara untuk mencegah penyebaran covid-19.

5.Memberikan informasi kepada kelompok masyarakat yang masih sering menumpuk masker, dan produk kesehatan lainnya demi kepentingan pribadi. Hal ini bertujuan supaya masyarakat sadar bahwa melindungi diri tidak harus dengan mengegoiskan diri. Jika yang sakit tidak memiliki fasilitas memadai untuk melindungi diri, maka penyebaran ini akan terus terjadi. Oleh sebab itu, perlunya pemahaman bagi masyarakat untuk tidak mementingkan diri sendiri demi keselamatan bersama.

6. Melalui kreativitas dan teknologi yang dimiliki, mahasiswa dapat mengembangkan informasi mengenai covid-19 melalui beberapa media untuk menarik perhatian masyarakat dalam menghadapi pandemi covid-19 dan dampak yang ditimbulkannya. Informasi-informasi tersebut dapat dibuat dalam bentuk poster, audio, maupun visual melalui youtube dan media sosial lainnya.

7.Melakukan penggalang dana dan mengolah dana tersebut menjadi bahan makanan pokok atau sembako yang akan disalurkan kepada masyarakat rentan atau masyarakat yang terkena imbas dari pandemi covid-19.

8.Melakukan gerakan satu juta buku yang dapat didistrubusikan kepada anak-anak SD-SMP yang sulit untuk menjangkau pendidikan atau proses belajar akibat dari pandemi covid-19 dan keterbatasan pemahaman dan fasilitas akan teknologi.

9. Melalui semangat solidaritas dan pembangun perubahan bagi bangsa, mahasiswa dapat turun secara langsung untuk bersama-sama membangun gerakan dalam menangani krisis ekonomi lokal dan krisis ekonomi rumah tangga agar tetap memiliki penghasilan untuk menghidupi keluarganya. 

10.Mahasiswa dapat mengajak masyarakat kaum muda dan tua untuk berpartisipasi dalam gerakan #BerbagiMasker kepada para pengendara, petugas keamanan, pedagang, dan lainnya yang seringkali lupa untuk memakai masker ditengah pandemi covid-19 ini. Mahasiswa dapat berinisiatif membuat tempat cuci tangan di berbagai tempat khusus, dengan ketersediaan hand sanitizer dan masker bagi mereka yang belum memakai masker.

Negara melalui Pemerintah tidak akan mampu berdiri sendiri pada sendi-sendi masyarakat saat ini. Oleh sebab itu, kehadiran serta peran mahasiswa sangat dibutuhkan untuk membantu pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkan dan memperbaiki tatanan kehidupan menjadi lebih baik. Krisis yang dihadapi akibat dampak penyebaran covid-19 adalah tanggung jawab yang harus dihadapi secara bersama dan menyuarakannya dalam aksi nyata. Masyarakat juga diminta untuk tidak panik tetapi tetap bersikap baik dalam menghadapi berita-berita hoax mengenai kabar covid-19, dan lebih bijak serta teliti dalam membaca atau mendengarkan suatu berita.

 

#OprecODOP9

#KomunitasODOP

#OneDayOnePost

#MerdekadiTengahPandemi








Alfiyatun Rochmah
Hello, I'm Alfiya, majoring in accounting in the Computerized Accounting study program at Semarang State Polytechnic. This blog is about my experiences in school, relationships, travel and personal blogs. Most of the content on this blog will be written in Indonesian. Be Enjoy Guys!

Related Posts

2 komentar

  1. Bagi mahasiswa, kondisi pandemi ternyata merupakan berkah terkait tuntutan memampukan diri beradaptasi dengan dunia serbadigital. Tulisannya mantap dan berbobot. Salam hangat dari tim oprec komunitas ODOP...

    BalasHapus
  2. MasyaAllah mantap sangat menginspirasi

    BalasHapus

Posting Komentar